Home » » Bercinta Ala Kamasutra

Bercinta Ala Kamasutra

Written By Unknown on Selasa, 29 Oktober 2013 | 21.58

Kama Sutra merupakan naskah kuno yang membahas perilaku seksual manusia dan dianggap karya standar tentang cinta. Pendapat lain menganggap Kama Sutra sebagai karya besar tentang falsafah dan seksologi, sekalipun di dalamnya dibahas cukup banyak tentang peri kehidupan sosial India pada zamannya.  Saat itu ada tradisi turun-menurun yang dikenal sebagai Kama Shastra alias ilmu tentang Kama.


Vatsyayana adalah nama pengarang dari Buku Kama Sutra karangan, buku ini sangat terkenal hingga diterjemahkan oleh banyak orang diantaranya diterjemahkan oleh Sir Richard Burton (1821-1890). Richard, mengartikan karma sebagai seni menikmati hal-hal yang layak untuk dinikmati dengan  5 panca indra: penglihatan, pendengaran, perabaan, pendengaran,  rasa, dan penciuman. Seorang wanita yang layak dinikahi sebaiknya menguasai berbagai keterampilan, dari menyanyi, memainkan alat musik, menari, menulis, atau melukis, membuat tato, sampai mengajari burung beo bicara, seni arsitektur,  mengenali sifat pria dari bentuk wajahnya, dan banyak lagi. Seluruhnya tak kurang dari 64 keterampilan!



Selain itu ia harus pula mempelajari –baik secara otodidak maupun dengan berguru pada wanita lain– praktek-praktek bercinta yang sungguh kebetulan jumlahnya 64 pula!   Dalam naskah aslinya, bagian yang membahas tentang hubungan seksual ini disebut ‘Chatushshashti’ atau Enampuluh Empat.  Disebut demikian, karena delapan bab soal bercinta –berpelukan, berciuman, menggaruk, menggigit, berbaring, membuat berbagai suara,  memainkan peran pria, seks oral, terdiri dari delapan variasi pula. Perkalian 8 dengan 8 adalah 64.



Sebagai contoh, pelukan terdiri dari menyentuh, menusuk, meraba, menekan, gaya merangkul pohon, gaya memanjat pohon, mencampur wijen dengan nasi, memeluk gaya susu-dan-air. Masing-masing diuraikan secara detail. Cara ‘mencampur wijen dengan nasi’, atau memeluk gaya susu dan air, diungkapkan dengan sangat rinci.



Setiap bab berikutnya, seperti yang membahas soal berciuman, menggaruk, berbaring, diuraikan pula dengan sama jelasnya.  Ada sesuatu yang unik dalam bab menggaruk. Katanya, bila  seorang pria akan bepergian jauh dan membuat tanda di paha atau payudara pasangannya, bekas garukan itu disebut ‘bukti kenang-kenangan’. Seorang wanita, bahkan juga pria, yang menampilkan bekas garukan atau gigitan di tubuhnya, menjadi semakin menarik di mata lawan jenis. Lagipula bekas garukan, setelah bertahun-tahun pun menimbulkan nostalgia dan mempersegar kembali rasa cinta.
   
Dalam bab yang khusus membahas tentang posisi sanggama, diuraikan berbagai posisi seperti menggenggam, menekan, merangkul, dan masih banyak lagi yang lain. Beberapa di antaranya diakui penulis hanya bisa dikuasai dengan banyak berlatih. Gaya berbaring wanita pun tak luput dibahas. Yang umum bagi wanita jenis rusa adalah gaya ‘terbuka lebar’,  gaya ‘menguap’, dan gaya ‘istri India’. Plus, berbagai variasi lainnya.



Mungkin Anda penasaran, apa yang dimaksud dengan wanita jenis rusa. Sejak awal, Kama Sutra membagi pria menjadi tiga jenis: kelinci, sapi jantan, dan kuda, sesuai ukuran alat vitalnya. Sementara wanita dibagi dalam tiga jenis pula berdasarkan kedalaman liang vaginanya: rusa, kuda betina, dan gajah. Yang paling serasi adalah kelinci dengan rusa, sapi jantan dengan kuda betina, dan kuda dengan gajah. Persatuan selain itu, dianggap tidak setara atau sedang-sedang saja. Selain itu kesetaraan hubungan diukur pula oleh tingkat gairah kedua pihak: tinggi, sedang, atau rendah.  

0 komentar:

Posting Komentar