Kama Sutra merupakan
naskah kuno yang membahas perilaku seksual manusia dan dianggap karya standar
tentang cinta. Pendapat lain menganggap Kama Sutra sebagai karya besar tentang
falsafah dan seksologi, sekalipun di dalamnya dibahas cukup banyak tentang peri
kehidupan sosial India pada zamannya. Saat itu ada tradisi turun-menurun
yang dikenal sebagai Kama Shastra alias ilmu tentang Kama.
Vatsyayana adalah nama pengarang dari Buku Kama
Sutra karangan, buku ini sangat terkenal hingga diterjemahkan oleh banyak orang
diantaranya diterjemahkan oleh Sir
Richard Burton (1821-1890). Richard, mengartikan karma sebagai seni
menikmati hal-hal yang layak untuk dinikmati dengan 5 panca indra: penglihatan,
pendengaran, perabaan, pendengaran, rasa, dan penciuman. Seorang wanita
yang layak dinikahi sebaiknya menguasai berbagai keterampilan, dari menyanyi,
memainkan alat musik, menari, menulis, atau melukis, membuat tato, sampai
mengajari burung beo bicara, seni arsitektur, mengenali sifat pria dari
bentuk wajahnya, dan banyak lagi. Seluruhnya tak kurang dari 64 keterampilan!
Selain itu ia harus pula mempelajari –baik
secara otodidak maupun dengan berguru pada wanita lain– praktek-praktek
bercinta yang sungguh kebetulan jumlahnya 64 pula! Dalam naskah
aslinya, bagian yang membahas tentang hubungan seksual ini disebut
‘Chatushshashti’ atau Enampuluh Empat. Disebut demikian, karena delapan
bab soal bercinta –berpelukan, berciuman, menggaruk, menggigit, berbaring,
membuat berbagai suara, memainkan peran pria, seks oral, terdiri dari
delapan variasi pula. Perkalian 8 dengan 8 adalah 64.
Sebagai contoh, pelukan terdiri dari menyentuh,
menusuk, meraba, menekan, gaya merangkul pohon, gaya memanjat pohon, mencampur
wijen dengan nasi, memeluk gaya susu-dan-air. Masing-masing diuraikan secara
detail. Cara ‘mencampur wijen dengan nasi’, atau memeluk gaya susu dan air,
diungkapkan dengan sangat rinci.
Setiap bab berikutnya, seperti yang membahas
soal berciuman, menggaruk, berbaring, diuraikan pula dengan sama
jelasnya. Ada sesuatu yang unik dalam bab menggaruk. Katanya, bila
seorang pria akan bepergian jauh dan membuat tanda di paha atau payudara
pasangannya, bekas garukan itu disebut ‘bukti kenang-kenangan’. Seorang wanita,
bahkan juga pria, yang menampilkan bekas garukan atau gigitan di tubuhnya, menjadi
semakin menarik di mata lawan jenis. Lagipula bekas garukan, setelah
bertahun-tahun pun menimbulkan nostalgia dan mempersegar kembali rasa cinta.
Dalam bab yang khusus membahas tentang posisi
sanggama, diuraikan berbagai posisi seperti menggenggam, menekan, merangkul,
dan masih banyak lagi yang lain. Beberapa di antaranya diakui penulis hanya
bisa dikuasai dengan banyak berlatih. Gaya berbaring wanita pun tak luput
dibahas. Yang umum bagi wanita jenis rusa adalah gaya ‘terbuka lebar’, gaya
‘menguap’, dan gaya ‘istri India’. Plus, berbagai variasi lainnya.
Mungkin Anda penasaran, apa yang dimaksud dengan
wanita jenis rusa. Sejak awal, Kama Sutra membagi pria menjadi tiga jenis:
kelinci, sapi jantan, dan kuda, sesuai ukuran alat vitalnya. Sementara wanita
dibagi dalam tiga jenis pula berdasarkan kedalaman liang vaginanya: rusa, kuda
betina, dan gajah. Yang paling serasi adalah kelinci dengan rusa, sapi jantan
dengan kuda betina, dan kuda dengan gajah. Persatuan selain itu, dianggap tidak
setara atau sedang-sedang saja. Selain itu kesetaraan hubungan diukur pula oleh
tingkat gairah kedua pihak: tinggi, sedang, atau rendah.
0 komentar:
Posting Komentar